Post Top Ad

Prasasti Batutulis menjadi bagian sejarah yang tak terpisahkan dari Kota Bogor. Prasasti ini menjadi bukti akan keberadaan ibukota Pajajaran yang berlokasi di Pakuan (Bogor).

Prasasti Batutulis dibuat oleh Prabu Surawisesa, Raja Sunda yang berkuasa selama 14 tahun (1521-1535M) sebagai peringatan untuk mengenang kejayaan sang ayahanda, Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi ( 1482 - 1521M).




Prasasti ini dibuatnya pada 1533 dalam suasana penuh kepiluan setelah beberapa wilayah kekuasaan warisan ayahnya, tanggal satu persatu direbut oleh kekuatan politik baru, yaitu Kerajaan Islam.

Dengan kata lain, Prasasti Batutulis adalah sebuah ungkapan kesedihan sekaligus penyesalan Surawisesa yang tidak bisa mempertahankan keutuhan wilayah Kerajaan Sunda Pajajaran sebagaimana yang diamanatkan ayahnya, Sri Baduga Maharaja Ratu Haji alias Prabu Siliwangi.

Dalam naskah Carita Parahiyangan, Prabu Surawisesa disebutkan terlibat dalam 15 kali peperangan demi mempertahankan wilayahnya, terutama menjaga kawasan utara Jawa dari serangan armada Demak dan Cirebon. Peperangan tersebut terjadi dalam kurun waktu 14 tahun kepemimpinannya di Kerajaan Sunda. Beberapa lokasi peperangan tersebut antara lain terjadi di Wahanten Girang, Ancol Kiyi, dan Sunda Kalapa.

Walaupun digempur habis-habisan, Surawisesa berusaha dengan mati-matian untuk mempertahankan wilayahnya. Di sekujur perbatasan antara Sunda dan Cirebon terjadi pertempuran yang hebat. Pada tahun 1531 M, Surawisesa dan pemimpin Cirebon, Syarif Hidayat kemudian bersepakat untuk damai.

Dalam suasana yang tanpa peperangan itu, Surawisesa memiliki kesempatan untuk mengurusi masalah dalam negerinya. Beberapa pemberontakan berhasil ia padamkan.


Bertepatan dengan 12 tahun kematian ayahnya atau warsa 1533, Surawisesa membuat sakakala berupa tanda peringatan bagi mendiang ayahnya dengan menyebutkan karya-karya besar sang ayah selama beliau memimpin di Kerajaan Sunda.

Isi sasakala tersebut adalah:

Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun,
diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana
di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu haji di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata
pun ya nu nyusuk na pakwan
diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang
ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyan sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi

Terjemahannya adalah sebagai berikut:

“Semoga selamat. Inilah tanda peringatan (untuk) Prabu Ratu almarhum, dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana, dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja ratu penguasa di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit (pertahanan) di Pakuan. Dia anak Rahyang Dewa Niskala yang mendiang di Gunatiga, cucu Rahyang Niskala Wastu Kancana yang mendiang di Nusa Larang. Dialah yang membuat tanda peringatan gunung-gunungan, mengeraskan (jalan) dengan batu, membuat hutan samida, membuat Sanghiyang Talaga Rena Maha Wijaya. Ya dialah (yang membuat semua itu). (ditulis) Dalam tahun Saka lima-pandawa-pangasuh-bumi.”

Di sebelah batu bertulis itu terdapat sebuah lingga atau batu panjang dan bulat yang sama tingginya dengan prasasti Batutulis. Batu lingga ini mewakili sosok Sri Baduga Maharaja, sedangkan prasasti itu sendiri mewakili sosok Surawisesa. Penempatannya diatus sedemikian rupa, sesuai kedudukan ayah dan anak.


Surawisesa sendiri tidak menuliskan namanya dalam prasasti itu, ia hanya meletakkan dua buah batu di depannya. Satu berisi astatala ukiran jejak tangan dan satunya padatala, ukiran jejak kaki.

Banyak yang beranggapan bahwa pemasangan batu tulis itu juga bertepatan dengan upacara srada yaitu "penyempurnaan Sukma" yang dilakukan setelah 12 tahun wafatnya seorang raja.

Dengan upacara itu sukma orang yang meninggal dianggap telah lepas hubungannya dengan dunia materi.



3 komentar:

  1. […] Prasasti itu kemudian dikenal dengan nama Prasasti Batutulis, yang sejarahnya bisa dilihat lagi dalam tulisan berikut ini:  Prasasti batutulis – Sejarah Bogor […]

    Balas Hapus
  2. Situs Batutulis memang wingit dan sakral, tepat diseberangnya ada Istana Batutulis Bogor Rumah Bung Karno yang penuh Misteri

    Balas Hapus
  3. Situs Batutulis memang wingit, tepat diseberangnya ada Istana Batutulis Bogor Rumah Bung Karno yang penuh Misteri

    Balas Hapus

Post Bottom Ad

Pages