Pertempuran yang pernah tejadi di kawasan Bojongkokosan, Sukabumi berhasil membukat mata dunia bahwa tentara dan rakyat Indonesia masih ada untuk tetap mempertahankan kemerdekaannya. Tapi tahukah Anda, siapa tokoh paling berpengaruh dalam peristiwa ini? Bahkan berhasil membuat tentara Inggris kocar-kacir ..
Adalah Letnan Kolonel Eddie Soekardi , yang saat itu menjabat sebagai Komandan Resimen III TKR yang membawahi Bogor, Sukabumi dan Cianjur adalah orang yang bertanggung jawab atas strategi yang membuat militer Inggris yang sebelumnya memiliki pengalaman perang di Burma, Malaya, dan Singapura kocar kacir.
Strategi perang yang dilancarkan oleh Tentara Keamanan Rakjat (TKR) dan Lasykar terhadap pasukan sekutu di sepanjang jalur Bojongkokosan, Sukabumi - Cianjur pada Desember 1945 - Maret 1946 telah berhasil membuat pasukan musuh menderita kerugian yang tidak sedikit baik dari serdadu yang gugur dan kendaraan tempur yang hancur oleh pejuang.
Dalam peristiwa yang dikenal sebagai Palagan Bojongkokosan itu telah membuat pihak Inggris mengalami kerugian yang sangat besar. Sebegitu parahnya kekalahan itu, membuat parlemen Inggris menyayangkan jatuhnya korban yang sangat besar dari pihak mereka.
Perang Bojongkokosan telah menyebabkan ratusan serdadu Inggris gugur, ratusan lagi luka-luka, serta 150 kendaraan tempur hancur, termasuk tank Sherman yang pada masa itu merupakan kendaraan tempur legendaris dalam Perang Dunia II.
Strategi gerilya yang diterapkan oleh Letnan Eddie Soekardi memang terbukti jitu, terlebih lagi dengan dikerahkannya puluhan sniper yang bersiaga di sepanjang jalur peperangan ini. Dalam tulisannya ' The Fighting Cock', Doulton menyebutkan jalur Sukabumi-CIanjur adalah neraka bagi militer Inggris.
Keberhasilan Tentara dan Rakyat menggempur pasukan musuh tidak hanya terjadi di Bojongkokosan saja, namun di Cianjur pun pasukan Inggris sempat dibuat tidak berdaya. Salah seorang pimpinan gerilyawan kota yang berhasil menghalau pergerakan Balion 3/3 Gurkha Rifles (kesatuan elite militer Inggris yang berisi orang-orang Gurkha) dari Bandung ke Sukabumi adalah Soeroso.
Bersama dengan para gerilyawan lain dari Batalion 3 Resimen III TRI, Lasykar Hizbullah dan Sabilillah, Pesindo, Lasykar BBRI (Barisan Banteng Republik Indonesia) dipimpin Soeroso menyerang secara habis-habisan pihak musuh dari Batalion 3/3 Gurkha Rifles yang diperkuat tank Sherman, panser wagon, brencarrier, serta truk-truk yang berisi pasukan.
[caption id="attachment_5749" align="aligncenter" width="650"] Diorama Pertempuran di Bojongkokosan, SUkabumi[/caption]
Meskipun hanya menggunakan bom molotov sederhana yang terbuat dari botol bersumbu yang diisi bensin serta beberapa pucuk senjata, namun mereka berhasil melakukan serangan terstruktur dari sudut-sudut pertokoan dan gang-gang perumahan yang berderet sepanjang pusat kota Cianjur.
Serangan tersebut tentu akan membuat bingung pasukan Gurkha, alhasil mereka hanya bisa bertahan dan hanya bisa membalas serangan tersebut sekenanya dari balik kendaraan-kendaraan tempur mereka.
Setelah berhasil membuat takluk Inggris di Sukabumi, karir militer Eddie melesat. Setelah menjabat Kepala Staf Brigade Guntur di Tasikmalaya, Eddie diangkat menjadi Komandan Brigade 14 Divisi Siliwangi dan berhasil mematahkan perlawanan Front Demokrasi Rakyat Partai Komunis Indonesia (FDR-PKI) di Kedu, Jawa Tengah. Namun, saat kembali ke Jawa Barat setelah long march Divisi Siliwangi pada tahun 1948, Eddie ditangkap oleh militer Belanda di daerah Ciamis.
Penangkapan tersebut membuat gempar Divisi Siliwangi dan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia di Yogyakarta. Namun, dalam buku Siliwangi dari Masa ke Masa, disebutkan bahwa Eddie tidak ditangkap Belanda, tapi secara sepihak telah melakukan gencatan senjata dengan militer Beland di Ciamis tanpa koordinasi dengan Panglima Divisi dan pimpinan TNI.
Setelah perang usai dan penyerahan tampuk kekuasaan Republik Indonesia pada tahun 1948/1949, Eddie sempat menjadi panglima di Kalimantan. Karirnya sebagai tentara diakhirinya pada tahun 1957 dengan pangkat kolonel, setelah itu beliau lebih banyak berkecimpung dalam dunia bisnis yang dikembanginya yaitu usaha pengembangan bunga anggrek di Bandung.
Eddie Soekardi wafat pada hari Jum'at, 5 September 2014. Walaupun tidak begitu banyak orang yang mengenal dan tahu perjuangan Beliau, namun sejarah telah mencatat bahwa Indonesia pernah memiliki seorang gerilyawan terbaik sepanjang masa yang sangat disegani oleh kawan maupun lawan, khususnya militer Inggris di tahun 1946.
[embed]https://www.youtube.com/watch?v=PET6yJsZ4HI[/embed]
Adalah Letnan Kolonel Eddie Soekardi , yang saat itu menjabat sebagai Komandan Resimen III TKR yang membawahi Bogor, Sukabumi dan Cianjur adalah orang yang bertanggung jawab atas strategi yang membuat militer Inggris yang sebelumnya memiliki pengalaman perang di Burma, Malaya, dan Singapura kocar kacir.
Strategi perang yang dilancarkan oleh Tentara Keamanan Rakjat (TKR) dan Lasykar terhadap pasukan sekutu di sepanjang jalur Bojongkokosan, Sukabumi - Cianjur pada Desember 1945 - Maret 1946 telah berhasil membuat pasukan musuh menderita kerugian yang tidak sedikit baik dari serdadu yang gugur dan kendaraan tempur yang hancur oleh pejuang.
Dalam peristiwa yang dikenal sebagai Palagan Bojongkokosan itu telah membuat pihak Inggris mengalami kerugian yang sangat besar. Sebegitu parahnya kekalahan itu, membuat parlemen Inggris menyayangkan jatuhnya korban yang sangat besar dari pihak mereka.
Perang Bojongkokosan telah menyebabkan ratusan serdadu Inggris gugur, ratusan lagi luka-luka, serta 150 kendaraan tempur hancur, termasuk tank Sherman yang pada masa itu merupakan kendaraan tempur legendaris dalam Perang Dunia II.
Strategi gerilya yang diterapkan oleh Letnan Eddie Soekardi memang terbukti jitu, terlebih lagi dengan dikerahkannya puluhan sniper yang bersiaga di sepanjang jalur peperangan ini. Dalam tulisannya ' The Fighting Cock', Doulton menyebutkan jalur Sukabumi-CIanjur adalah neraka bagi militer Inggris.
Keberhasilan Tentara dan Rakyat menggempur pasukan musuh tidak hanya terjadi di Bojongkokosan saja, namun di Cianjur pun pasukan Inggris sempat dibuat tidak berdaya. Salah seorang pimpinan gerilyawan kota yang berhasil menghalau pergerakan Balion 3/3 Gurkha Rifles (kesatuan elite militer Inggris yang berisi orang-orang Gurkha) dari Bandung ke Sukabumi adalah Soeroso.
Bersama dengan para gerilyawan lain dari Batalion 3 Resimen III TRI, Lasykar Hizbullah dan Sabilillah, Pesindo, Lasykar BBRI (Barisan Banteng Republik Indonesia) dipimpin Soeroso menyerang secara habis-habisan pihak musuh dari Batalion 3/3 Gurkha Rifles yang diperkuat tank Sherman, panser wagon, brencarrier, serta truk-truk yang berisi pasukan.
[caption id="attachment_5749" align="aligncenter" width="650"] Diorama Pertempuran di Bojongkokosan, SUkabumi[/caption]
Meskipun hanya menggunakan bom molotov sederhana yang terbuat dari botol bersumbu yang diisi bensin serta beberapa pucuk senjata, namun mereka berhasil melakukan serangan terstruktur dari sudut-sudut pertokoan dan gang-gang perumahan yang berderet sepanjang pusat kota Cianjur.
Serangan tersebut tentu akan membuat bingung pasukan Gurkha, alhasil mereka hanya bisa bertahan dan hanya bisa membalas serangan tersebut sekenanya dari balik kendaraan-kendaraan tempur mereka.
Setelah berhasil membuat takluk Inggris di Sukabumi, karir militer Eddie melesat. Setelah menjabat Kepala Staf Brigade Guntur di Tasikmalaya, Eddie diangkat menjadi Komandan Brigade 14 Divisi Siliwangi dan berhasil mematahkan perlawanan Front Demokrasi Rakyat Partai Komunis Indonesia (FDR-PKI) di Kedu, Jawa Tengah. Namun, saat kembali ke Jawa Barat setelah long march Divisi Siliwangi pada tahun 1948, Eddie ditangkap oleh militer Belanda di daerah Ciamis.
Penangkapan tersebut membuat gempar Divisi Siliwangi dan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia di Yogyakarta. Namun, dalam buku Siliwangi dari Masa ke Masa, disebutkan bahwa Eddie tidak ditangkap Belanda, tapi secara sepihak telah melakukan gencatan senjata dengan militer Beland di Ciamis tanpa koordinasi dengan Panglima Divisi dan pimpinan TNI.
Setelah perang usai dan penyerahan tampuk kekuasaan Republik Indonesia pada tahun 1948/1949, Eddie sempat menjadi panglima di Kalimantan. Karirnya sebagai tentara diakhirinya pada tahun 1957 dengan pangkat kolonel, setelah itu beliau lebih banyak berkecimpung dalam dunia bisnis yang dikembanginya yaitu usaha pengembangan bunga anggrek di Bandung.
Eddie Soekardi wafat pada hari Jum'at, 5 September 2014. Walaupun tidak begitu banyak orang yang mengenal dan tahu perjuangan Beliau, namun sejarah telah mencatat bahwa Indonesia pernah memiliki seorang gerilyawan terbaik sepanjang masa yang sangat disegani oleh kawan maupun lawan, khususnya militer Inggris di tahun 1946.
[embed]https://www.youtube.com/watch?v=PET6yJsZ4HI[/embed]
... [Trackback]
Balas Hapus[...] Find More: sejarahbogor.com/inilah-tokoh-yang-telah-membuat-inggris-kocar-kacir-di-bojongkokosan/ [...]