Nama jembatan satu duit tentu sudah sangat dikenal oleh masyarakat Bogor, terutama karena jembatan ini menjadi salah satu pintu keluar masuk menuju pusat pemerintah Kota Bogor. Walaupun masih kokoh menahan berat laju perubahan kota, namun sejarah mengenai asal usul jembatan satu duit ini tidak akan pernah hilang.
Jembatan yang menghubungkan jalan Warung Jambu dan Ahmad Yani ini konon sudah berdiri sejak tahun 1850an, namun tentu saja dalam bentuk yang berbeda, karena sebelum tahun 1930an, aliran sungai ciliwung yang melintasi warung jambu masih terbagi menjadi dua aliran besar dan kecil.
Jembatan di warung jambu sudah ada sejak Gubernur Jenderal H.W.Daendels masih berkuasa. Pria kelahiran 1762 inilah yang kemudian menggagas pembangunan Jalan Raya Pos di sepanjang jalur Pantai Utara Jawa yang menghubungkan Anyer dengan Panarukan. Untuk menunjang transportasi barang dan hasil panen, maka pondasi jembatan ini kemudian diperkokoh. Belum jelas apa nama jembatan tersebut di masa itu, tapi biasanya nama jembatan disesuaikan dengan kondisi dan nama daerahnnya. Dengan kata lain, kemungkinan besar jembatan ini dulu disebut dengan nama Jembatan kedung badak.
Litografi bertahun 1880 buatan J.C.Rappard tampak jelas menggambarkan kondisi daerah Warung Jambu atau Kedoeng Badak pada saat itu.
Penyebutan nama jembatan satu duit sepertinya sudah digunakan sejak tahun 1930an, kala itu ada mitos yang menyebutkan untuk melemparkan 1 duit koin jika akan melewati jembatan ini, apalagi di waktu malam hari agar selamat sampai diseberang. Karena konon jembatan di kawasan ini terkenal angker sejak ditutupnya salah satu aliran Sungai Ciliwung.
Selain itu, ada juga mitos yang beredar di kalangan pribumi saat itu yang melemparkan satu duit koin ke dalam sungai jika ingin harapan atau doanya terkabul. Hal ini meniru kebiasaan di masyarakat Eropa pada masa itu yang keranjingan melemparkan uang koin untuk sebuah harapan ke dalam sumur atau kolam.
Mungkin saja dari mitos-mitos tersebut muncul penyebutan nama Jembatan Satu Duit atau Jembatan Situ Duit jika merujuk pada koin yang dilemparkan ke Sungai Ciliwung. Penyebutan nama Satu Duit diperkuat lagi dengan kemunculan pungutan retribusi bagi kendaraan yang akan melewati Jembatan ini di era setelah Kemerdekaan.
Kondisi jembatan satu duit kini makin mengkhawatirkan. Dengan bentuk jembatan yang masih dalam bentuk aslinya itu sudah beberapa kali diterjang air bah dari meluapnya aliran Sungai Ciliwung di bawahnya. Sudah waktunya jembatan ini diganti dengan jembatan baru yang lebih kokoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar